Sabtu, 16 Februari 2013

Buku Jurnalku 10

Judul : Adalah Saya, Untuk Saya, Dari Saya, Bukan Bermaksud Untuk
Berceramah, Tapi Motivasi Hidup Yang Saya Buat Sendiri Untuk Saya
Sendiri

Banyak orang-orang yang menyia-nyiakan potensi dan sumber daya mereka
dengan hal-hal yang tidak perlu, berfoya-foya, bersenang-senang dan
lain sebagainya. Kemudian, banyak orang-orang yang tidak menghargai
pribadi orang lain, dengan menyama-nyamakan pribadi orang lain,
padahal tuhan menciptakan pribadi dan kharakteristik yang berbeda-beda
dengan penuh keunikan yang sangat luar biasa agar dunia menjadi
berwarna dan seimbang. Saya menuliskannya di jejaring sosial kedua hal
itu. Juga, ada orang-orang yang selalu ingin ikut campur urusan lain,
dan saya pikir mencampuri urusan orang lain itu kampungan. Banyak
sekali objek-objek di dunia ini yang lebih perlu di apresiasikan, di
komentari, di beri pendapatnya, namun justru orang-orang lebih
tertarik dengan mencampuri urusan orang lain. Sangat menyebalkan
bukan?, bila orang-orang di sekitarmu seperti itu.
Di lain hal, saya menuliskan betapa mirisnya orang-orang yang tidak
menghargai pribadi dan kharakteristik orang lain, serta banyak
orang-orang yang memiliki banyak potensi dan sumber daya, namun di
sia-siakan dengan hal-hal yang tidak dapat di gunakan untuk
kehidupannya. Sedangkan, banyak orang-orang yang tidak memiliki
potensi dan sumber daya ingin lebih baik hidupnya, ingin hidupnya
lebih berguna untuk dirinya dan orang-orang terpenting untuknya, tapi
kedua hal itu tidak di milikinya.
Bersyukur adalah kuncinya, bukannya saya ingin sok tahu dan sok
pintar, tapi saya membayangkan, bagaimana saya bila saya yang menjadi
orang yang tidak memiliki potensi dan sumber daya dan ingin hidup
lebih baik, sedih bukan? Harus bekerja keras, harus menyampingkan
kesenangan sendiri, dengan motivasi ingin lebih baik, ingin hidup
lebih baik, dan ingin membuat orang-orang terpentingnya hidup tenang.
Susah sekali jika hanya satu orang yang berfikir seperti itu, namun
jika saya sendiri yang berfikir seperti itu, tentunya hasil yang akan
saya dapatkan akan setimpal dengan pengorbanan yang saya lakukan.
Maka, saya tidak menghiraukan orang lain berpendapat apa tentang saya,
tidak menghiraukan pendapat mereka tidak akan menjadikan saya orang
yang tidak berguna, toh bukan mereka yang berbuat sehingga menjadikan
saya orang yang berguna, tapi saya sendirilah yang akan membuat saya
menjadi orang yang berguna, dengan usaha saya sendiri, bukan usaha
mereka. So, saya melanjutkan keinginan dan mimpi saya tanpa
menghiraukan pendapat orang lain mengenai saya. Karena keberhasilan
saya yang akan saya dapatkan adalah hasil dari saya perbuat sendiri.
Orang lain terserah berpendapat apa tentang saya, tapi saya yakin
hanya Tuhan yang mengerti dengan apa yang telah saya lakukan nanti,
dan Dialah satu-satunya yang menghargai usaha saya, dan atas izinNya
pulalah, saya seperti yang saya inginkan nantinya. Sekarang tinggal
berusaha dengan apa yang ingin saya raih.

Jumat, 15 Februari 2013

Buku Jurnalku 9

Sulit sekali berpura-pura senang dan biasa-biasa saja. Tapi, aku
pintar dalam hal itu. Aku berpura-pura senang, agar tidak terlihat
bersedih, siapa sih yang tidak bersedih saat mau meninggalkan semuanya
yang sudah biasa aku lakukan?, bahkan meninggalkan sahabat-sahabat
demi impianku?.
Aku tidak biasa mengucapkan selamat tinggal kepada mereka, itu adalah
kata-kata yang menyedihkan untukku, aku lebih suka mengucapkan sampai
jumpa, karena aku yakin aku akan bertemu kembali dengan mereka lagi.

Kamis, 14 Februari 2013

Pelangi Di Pagi Hari-Chap. 9



Pelangi Di Pagi Hari
Twitter : @MiaOk27
Mia Oky



Chapter 9|

Kepikiran juga akhirnya. Tentang Kevin itu. Aku menimbang-nimbang dan membayangkan. Seandainya ini sih, seandainya ya, misalkan aku jadian sama Kevin ini sih.
            Yang pertama, aku harus siap mental. Karena Kevin itu populer di kalangan cewek-cewek. Sering makan ati nantinya. Padahal si Kevin tuh menurut aku sih gak ganteng-ganteng amat. Cowok pendek, rambutnya gaya harajuku katanya, selalu pake cream wajah biar kinclong dan fresh tiap hari. Tapi, kenyataan yang sangat pahit sekali, dia itu memang ganteng aslinya. Hiks― Hiks―
            Kedua, aku tuh orangnya cemburuan. Aku gak suka kalo cowok aku deket-deket cewek lain.
            Ketiga, dia itu menurutku sih Playboy. Playboy cap kucing garong. Kayak si Blacky, kucing garong yang aku kasih nama Blacky, yang suka nongkrong di tempat jemuran loteng rumahku. Kalo lihat kucing cewek lewat, serasa dia ngomong gini,”hai, Shawty,”
Hahahaha― orang gila ketawa sendiri.

            Siang itu gak ada dosen. Aku dan teman-teman sudah merencanakan ngerujak bareng di taman Biologi kampus. Di situ buah pohon mangganya besar-besar dan banyak sekali. Pohon mangga yang ada di seluruh penjuru kampus juga sama. Para mahasiswa pesta rujak. Bahkan aku dan teman-teman pada ngambilin mangganya anak-anak Biologi. Anak-anak Biologi yang nanem di taman ini.
            Kalo lagi melancarkan aksi, kita pura-pura jalan terus tangannya beraksi ngambil tuh mangga. Wah, kayak profesional banget. Dari pada mangganya gak ada yang ngambil mending di ambilin para mahasiswa. Tapi, kita terlalu sering ngambilnya, bahkan sering bergerombol ngambil mangganya.
            DI CARI SEGEROMBOLAN CEWEK YANG SUKA NONGKRONG DI BAWAH POHON MANGGA. TUKANG NGAMBILIN MANGGA KAMPUS.
            Begitu kira-kira isi pengumumannya kalo kita di cari karena suka ngambil mangga kampus.

            Sambel rujak buatan Putri mantep banget. Dia bikin sambelnya sampe semangkuk. Dia taro di tempat makan. Pisau bawa dari rumah, piring juga. Mangganya di cuci di kran tak jauh dari situ. Kampus berasa rumah sendiri.
            Aku dan teman-teman sedang menikmati rujak merujak itu. Kenapa yang tadi sepi jadi sedemikian ribut kampus ini? Oh, ada Vano pantesan.
            Vano menghampiri kami. Tara yang akan menyuapkan mangga itu melihat Vano datang. “oh, ngapain kamu di sini?”
            Dengan tanpa rasa bersalah Vano merebut mangga itu dari Tara, “enak nih, makasih,”
            “hei!” Tara jengkel.
            “mmh, sambelnya enak― siapa yang bikin?”tanya Vano.
            “Putri!”jawab Lala.
            “mau lagi dong―”ujar Vano.
           
            Tara terlihat resah dengan keberadaan Vano di sini. Lucu sekali. Vano duduk di sebelah Tara, senyum-senyum sendiri dan Tara cuek aja.
            “jadi, rata-rata cowok populer itu play boy ya?”tanyaku.
            “benar―”kata Tara.
            “eeh, kata siapa?”protes Vano, ia menyikut lengan Tara.
            “aduh! Apa sih”ujarnya kesal memukul Vano.
            Aku tertawa.

            “cowok populer memang kebanyakan gitu sih― tapi banyak juga yang tipe langka kayak gini. Kalo cowok populer udah suka sama satu cewek, dia bakal ninggalin cewek-cewek lainnya dan berusaha serius sama cewek itu,”kata Vano.
            “hooo― kayak kamu ya, Van!”kataku sambil tertawa.
            “cieeee― curcol!”ledek temen-temen lainnya.
            “apa sih?”kata Vano.
            Temen-temen pada ngeledekin Vano semua. Kalo kita semua pada ngomong, udah kaya orang-orang nonton konser.
            “heeeei, Tara, lihat tuh temen-temen kamu!”kata Vano.
            “cieeee―. ngadu!”kata Nanda geli.
            Tya tertawa terbahak-bahak. Intinya, kita semua tertawa gara-gara itu, di tambah tingkah Vano yang menggemaskan.

            Kini aku terbiasa dengan gosip antara Kevin-Mary. Gosipku. Bahkan aku sudah terbiasa dengan kehadiran Kevin yang sering mondar-mandir di sekelilingku kalau dia ada. Tapi, sekarang dia tiba-tiba menghilang saja, seperti hilang di telan bumi. Entah kenapa jumlah pasangan di kampus UHB ini jadi bertambah banyak. Ini bikin aku depresi nih. Bahkan dua sahabat itu lagi berdua-dua di siomay mang Pipit. Mereka lagi makan siomay.
            Aku duduk sambil membawa es kopiku dan menghela nafas.
            Lala dan Marcel menatapku. “kenapa?”tanya Lala.
            “kenapa sih?”tanya Marcel.
            Aku cemberut. “kalian enak banget sih, udah nemuin soulmate kalian? “tanyaku.
            “soulmate?”tanya mereka berpandangan.
            “sejak kapan kampus ini jumlah pasangannya jadi bertambah?, termasuk kalian berdua!”ujarku, ”kalian berdua punya kesukaan yang sama, kompak, juga deket banget, kenapa sih kalian gak jadian aja?”
            Pertanyaan itu sontak membuat Marcel gugup. Dia mengambil minum. Lala jadi salah tingkah, kenapa sih mereka berdua ini?.
            “Mary, apa an sih? udah jangan mikirin itu. Mangap cepet!”kata Lala menyuapkan siomay ke mulutku, aku mengunyahnya dengan malas.
            “udah kalian jadian aja,”ujarku.
            “mangap!”perintah Lala menyuapkan lagi siomaynya kemulut aku.
            “jangan yang kol terus dong, aku mau batagornya!”kataku.
            “mangap!”kata Marcel, dia yang menyuapkan batagornya.
            “La, di suapin sama Marcel, La!”ujarku tertawa,”lagi dong, batagornya!”
            “pesen aja sana!”ujar Lala jengkel sekaligus geli.
            Ah, dasar Lala pake malu-malu segala, biasa malu-maluin juga. Hahaha.
Kemudian, aku melihat Kevin. Apa?! Itu kan―?
Aku ngeliat Kevin dan cewek yang sama waktu nonton kemarin!


            Kenapa sih? Kok, aku jadi mikirin Kevin sama cewek itu? Padahalkan bukan urusanku? Kita juga gak punya hubungan apa-apa. Oh, tuhan―.
            Besok-besok aku harus bersikap gak ada apa-apa sama dia. Sudah cukup dia membuatku galau.

           



            Jalan-jalan pulang kuliah, sendirian pula. Mau ngapain?
            Tanpa sadar, aku udah ada di depan Violet Kiss Cafe. Aku ragu mau masuk, takut ada si Kevin. Ku ingat jadwalnya, hari ini dia itu masuk siang kuliahnya. Jadi, gak mungkin ada di sini. Kok, aku jadi hapal jadwal kuliahnya ya? Mengerikan!

            Aku duduk di tempat biasa. Pesan es krim cokelat, cukup ampuh untuk mengurangi kegalauanku.
            Lagi enak-enaknya makan es krim, tiba-tiba orang yang tidak di harapkan muncul!. Kevin! Bukannya dia ada kuliah siang ini?. Aku langsung mencari alat untuk menutupi mukaku, aku ingat buku menu. Ish, kan di bawa sama pelayannya tadi. Terus, mau pake apa ini?. Aku segera masuk ke kolong meja. Ah, konyol banget!
            Tapi, tapi― buat apa aku sembunyi? Aku kan gak punya salah apapun, dan aku juga bukan tersangka. Apalagi tersangka kasus korupsi! Tapi, kalo aku gak sembunyi, dia bakal ngeliat aku, aku gak sanggup buat ngomong sama dia hari ini. Perasaanku persis seperti Es teler. Emang es teler rasanya kayak apa sih? Ih, cukup! Gak usah ngumpet-ngumpetan.
            DUUK!!
            Aduh, kepalaku―

            “kenapa mba?”tanya Kevin.
            Aduh, kenapa lagi dia musti nyamperin kemari? Huh, mau tahu urusan orang aja. Ngomong-ngomong mau ngasih alasan apa nih. Oh! Ponsel― Ponsel―.
            Tarik napas, “untung aja, gak rusak―”kataku seraya bangun. Kemudian kita bertatap muka. Dia terkejut, aku juga pasang muka terkejut. “Lho, Kevin?”ujarku. Oh, Mary― kamu cocok banget jadi artis.
            “Ka Mary―? Kak Mary tumben sendirian?”tanyanya sambil tersenyum.
            Apa-apaan anak ini, masih bisa senyum kayak gitu.

            “terserah aku dong―”kataku jutek.
            “oh― “ujarnya.
            Oh?
 Hanya Oh―?.[]



Pelangi Di Pagi Hari-Chap. 8

Pelangi Di Pagi Hari
Twitter : @MiaOk27
Mia Oky


 
Chapter 8|

NOBAR. Nonton bareng. Akhirnya film yang aku dan teman-teman tunggu, keluar juga. The Twilight Saga : Breaking Dawn.
            Hari ini Kristin mau ketemu sama temen SDnya. Akhirnya mereka ketemu juga. Mereka janjian mau nobar di sini.
            “kamu punya firasat gak dia kayak gimana?”tanya Nanda.
            “gak, dulu sih dia rada kecewe-cewean―”kata Kristin.
            “bencis? Maap―”kata Lala.
            “jangan bencis, tomboy gitu―”kata Tya.
            “dia udah SMS kan? Pake baju apa?”tanya Tara.
            “dia SMS pake baju abu-abu―”kata Lala.
            Aku dan Putri tengak-tengok.
            “itu bukan?”tanya Putri, dia nunjuk orang berkumis yang pake baju abu-abu.
            “yang bener aja, Put!”kataku.
            Lalu semua menoleh ke arah orang yang di tuju, semua ketawa.
            “ih, bukaaaan―”kata Kristin.
            “yang itu tuh,”kata Putri menunjuk orang yang botak.
            “bukaaaaan, Putri! Dia tinggi, putih, ah, dia SMS. Dimana aku katanya,”kata Kristin.
            “di depan kantin,”kataku.
            “itu bukan ya orangnya?”tanya Kristin,”oh iya, Olip!”
            Kami semua melihat ke arah yang di tunjuk Kristin. Cowok pake T-shirt abu-abu dan jeans item. Busyeeeeet!!! GANTENG bangeeeeet!! Aku melongo.
            Cowok itu melambai pada kami. Tomboy? Bencis? Apanya! Justru dia cowok banget. Tya mengguncang-guncang tanganku.
            “aku banget,”bisiknya.
            Kulihat Tara terbelalak sedetik melihat cowok itu. Ini bener-bener temennya Kristin atau model majalah?.
            “hai, Kristin!”sapanya langsung mengulurkan tangannya.
            “Olip― ya ampun, kamu berubah banget―”kata Kristin menyambut uluran tangan cowok itu, salaman. Olip? Olip namanya?.
            “ah, enggak kok,”ujarnya tersenyum.
            “temen-temen ini kenalin, dia Oliver―”ujar Kristin.
            “hai, aku Oliver―”ujarnya ramah, di salaminnya satu persatu.
            “Tara,”
            “Tya,”
            “Lala,”
            “Putri,”
            “Nanda,”
            “Mary,”
            “Kristin masih suka makan sosis bakar?”tanya Oliver.
            “Olip, masih inget aja― masihlah,”kata Kristin.
            Kemudian seorang cewek mendekati kami. “hai, Ollie― ini temen-temen kamu?”tanyanya. Cewek itu lumayan cantik. Pacarnya kah?.
            “oh, aku juga bawa pasukan, Kristin. Kenalin, ini Luna, teman sekelas aku di kampus―”kata Olip, Oliver.
            “Kristin,”
            “ini teman-temannya Kristin,”
            “hai,”ujarnya cuek. Wah, nih cewek rada judes gitu.
            “ayo, kesana yuk, sama temen-temen―”kata Luna pada Oliver.
            “ayo, ke sana yuk―”ajak Oliver pada Kristin,”ayo, semuanya―”
            Kayaknya nih cewek cemburu deh. Punya hubungan apa sih sama Oliver? Tapi, kata Oliver tadi, temennya. Ternyata temennya Oliver cakep-cakep. Satu cowok dan dua cewek. yang cowok sih ramah sama kami dan Kristin, yang ceweknya sama-sama judes gitu kayak si Luna.
            Menurut pengamatanku sih, Si Oliver tuh mau deket sama Kristin, sayangnya kalo Oliver lagi deket ke Kristin dan lagi ngobrol, si Luna nyerobot masuk ke tengah-tengah mereka berdua. Alhasil, lucu deh. Kristin ngalah gitu. Kristin jangan mau kalah sama si Body tiang listrik, Luna!
            “eh, filmnya udah mau mulai―”kata Hendra, temennya Oliver.
            Oliver menatap Kristin, “tempat duduk kamu di mana, Tin?”tanyanya.
            “Di A paling atas,”kata Kristin.
            “jauh dong, aku di F, katanya Nobar. Ini sih nonton sendiri-sendiri―”kata Oliver, mukanya unyu-unyu banget.
            “tenang, kan masih dalam satu gedung yang sama,”kata Kristin.
            Bijak juga dia.

            Aku gak tahu mereka ngobrol apa lagi, karena pandanganku teralihkan. Aku melihat seorang cowok yang mirip Kevin. Iya, itu Kevin. Kok―.. sama cewek? Siapa ya???
            Aku melihat Kevin masuk ke studio yang sama dengan kita. Aku mencari sosok Kevin. Susah sekali. Ah, sudahlah. Lupain ajah.
            Oliver berkali-kali menoleh ke arah belakang, kearah Kristin dan kami. Kemudian dia berkata dari kejauhan, “di sini kosong! Pindah aja!”katanya.
            “nanti,”kata Kristin.
           
            Setelah meminta persetujuan kami, akhirnya Kristin pindah ke sana bareng Oliver. Rasain kamu Luna! Hahaha―. Wah, si Oliver pindah tempat duduk di samping Kristin!
            “ternyata si Olip itu ganteng ya―”kata Putri.
            “ganteng banget!!”kata Tya.
            Aku dan yang lain menyetujuinya.
            “Tara, kamu jangan begitu. Udah punya cowok cakep juga!”kata Nanda.
            “HA.HA.HA”ujar Tara.

            Aku serius dan konsentrasi menonton film ini. Aku gak peduli dengan Kevin. Terserahlah―.

            Setelah menonton, kami semua menuju sebuah Cafe di dekat bioskop. Kami pesan makanan. Oliver dan Kristin lagi ngobrol, lagi-lagi di serobot Luna. Walo gak duduk sebelahan sama Oliver, paling enggak Kristin duduk berhadap-hadapan sama Oliver.
            “ternyata kita tetanggaan ya, kampusnya―”kata Hendra.
            Tuh, kan. Hendra terus. Cewek-cewek itu pada sombong. Cantiknya enggak, cantikan juga aku. Wajahku kan rada nyerempet-nyerempet ke Park Jiyeon personelnya girl band Korea T-ara Hahaha― Maunya!.
            Yang jawab Nanda,”iya― padahal deket ya,”
            “ntar kapan-kapan kumpul lagi yuk, iya kan, Llie?”tanya Hendra.
            “pasti, mudah-mudahan udah gak sibuk lagi―”kata Oliver.
            Kami makan sambil ngobrol macam-macam. Ngobrol ngalor-ngidul. Oliver sama Kristin akhirnya bisa ngobrol juga.
            “oh iya, aku punya sesuatu buat kamu, Tin!”kata Oliver.
            Oliver mengeluarkan sebuah kado dari dalam tasnya.
            “ini hadiah kenang-kenangan dari aku, sekaligus hadiah ulang tahun”kata Oliver.
            Kadonya gede! Pantesan tas ranselnya gembung gitu.
            “ya ampun Olip, makasih banyak. Aduh, aku gak kepikiran, aku gak bawa apa-apa buat kamu, maaf ya―”kata Kristin.
            AHA! Luna sempat terbelalak selama 3 detik. Tapi, boleh juga mukanya gak mengekspresikan apa-apa.
            “gak papa kok,”kata Oliver,”mudah-mudahan kami bisa ketemu lagi nanti―”

            Akhirnya, kami pulang sama-sama dengan temen-temennya Oliver. Kami berpisah di simpang lima. Kemudian aku dan teman-teman berencana ke rumah Kristin.
            Di rumah Kristin kami ribut membicarakan Oliver yang ganteng itu. Kaya model banget, wah pokoknya gitulah.
            “buka, Tin, kadonya―”kata Tya.
            “sabar-sabar―”
            Kristin membukanya. Sebuah surat.

Dear Kristin,

Aku harap kamu suka dengan hadiah yang aku kumpulkan selama ulang tahun kamu yang aku lewatkan bertahun-tahun―.

Oliver ‘Olip’ Kartiko

            Isinya― banyak bangeeeeet!!!
            Ya ampun, Kristin kamu beruntung banget.
            Kami semua teriak-teriak gak jelas. Yang dapet hadiah melongo karena ngeliat tingkah kami semua yang gak jelas itu. Gimana gak teriak-teriak heboh, hadiahnya mantep-mantep gitu. All about Hello Kitty. Kristin memang sangat suka sekali Hello Kitty.[]