Judul : Adalah Saya, Untuk Saya, Dari Saya, Bukan Bermaksud Untuk
Berceramah, Tapi Motivasi Hidup Yang Saya Buat Sendiri Untuk Saya
Sendiri
Banyak orang-orang yang menyia-nyiakan potensi dan sumber daya mereka
dengan hal-hal yang tidak perlu, berfoya-foya, bersenang-senang dan
lain sebagainya. Kemudian, banyak orang-orang yang tidak menghargai
pribadi orang lain, dengan menyama-nyamakan pribadi orang lain,
padahal tuhan menciptakan pribadi dan kharakteristik yang berbeda-beda
dengan penuh keunikan yang sangat luar biasa agar dunia menjadi
berwarna dan seimbang. Saya menuliskannya di jejaring sosial kedua hal
itu. Juga, ada orang-orang yang selalu ingin ikut campur urusan lain,
dan saya pikir mencampuri urusan orang lain itu kampungan. Banyak
sekali objek-objek di dunia ini yang lebih perlu di apresiasikan, di
komentari, di beri pendapatnya, namun justru orang-orang lebih
tertarik dengan mencampuri urusan orang lain. Sangat menyebalkan
bukan?, bila orang-orang di sekitarmu seperti itu.
Di lain hal, saya menuliskan betapa mirisnya orang-orang yang tidak
menghargai pribadi dan kharakteristik orang lain, serta banyak
orang-orang yang memiliki banyak potensi dan sumber daya, namun di
sia-siakan dengan hal-hal yang tidak dapat di gunakan untuk
kehidupannya. Sedangkan, banyak orang-orang yang tidak memiliki
potensi dan sumber daya ingin lebih baik hidupnya, ingin hidupnya
lebih berguna untuk dirinya dan orang-orang terpenting untuknya, tapi
kedua hal itu tidak di milikinya.
Bersyukur adalah kuncinya, bukannya saya ingin sok tahu dan sok
pintar, tapi saya membayangkan, bagaimana saya bila saya yang menjadi
orang yang tidak memiliki potensi dan sumber daya dan ingin hidup
lebih baik, sedih bukan? Harus bekerja keras, harus menyampingkan
kesenangan sendiri, dengan motivasi ingin lebih baik, ingin hidup
lebih baik, dan ingin membuat orang-orang terpentingnya hidup tenang.
Susah sekali jika hanya satu orang yang berfikir seperti itu, namun
jika saya sendiri yang berfikir seperti itu, tentunya hasil yang akan
saya dapatkan akan setimpal dengan pengorbanan yang saya lakukan.
Maka, saya tidak menghiraukan orang lain berpendapat apa tentang saya,
tidak menghiraukan pendapat mereka tidak akan menjadikan saya orang
yang tidak berguna, toh bukan mereka yang berbuat sehingga menjadikan
saya orang yang berguna, tapi saya sendirilah yang akan membuat saya
menjadi orang yang berguna, dengan usaha saya sendiri, bukan usaha
mereka. So, saya melanjutkan keinginan dan mimpi saya tanpa
menghiraukan pendapat orang lain mengenai saya. Karena keberhasilan
saya yang akan saya dapatkan adalah hasil dari saya perbuat sendiri.
Orang lain terserah berpendapat apa tentang saya, tapi saya yakin
hanya Tuhan yang mengerti dengan apa yang telah saya lakukan nanti,
dan Dialah satu-satunya yang menghargai usaha saya, dan atas izinNya
pulalah, saya seperti yang saya inginkan nantinya. Sekarang tinggal
berusaha dengan apa yang ingin saya raih.
Sabtu, 16 Februari 2013
Jumat, 15 Februari 2013
Buku Jurnalku 9
Sulit sekali berpura-pura senang dan biasa-biasa saja. Tapi, aku
pintar dalam hal itu. Aku berpura-pura senang, agar tidak terlihat
bersedih, siapa sih yang tidak bersedih saat mau meninggalkan semuanya
yang sudah biasa aku lakukan?, bahkan meninggalkan sahabat-sahabat
demi impianku?.
Aku tidak biasa mengucapkan selamat tinggal kepada mereka, itu adalah
kata-kata yang menyedihkan untukku, aku lebih suka mengucapkan sampai
jumpa, karena aku yakin aku akan bertemu kembali dengan mereka lagi.
pintar dalam hal itu. Aku berpura-pura senang, agar tidak terlihat
bersedih, siapa sih yang tidak bersedih saat mau meninggalkan semuanya
yang sudah biasa aku lakukan?, bahkan meninggalkan sahabat-sahabat
demi impianku?.
Aku tidak biasa mengucapkan selamat tinggal kepada mereka, itu adalah
kata-kata yang menyedihkan untukku, aku lebih suka mengucapkan sampai
jumpa, karena aku yakin aku akan bertemu kembali dengan mereka lagi.
Kamis, 14 Februari 2013
Pelangi Di Pagi Hari-Chap. 9
Pelangi
Di Pagi Hari
FB
: theamethystmia@gmail.com/Mia
Oky
Twitter
: @MiaOk27
Mia
Oky
Chapter
9|
Kepikiran
juga
akhirnya. Tentang Kevin itu. Aku menimbang-nimbang dan membayangkan. Seandainya
ini sih, seandainya ya, misalkan aku jadian sama Kevin ini sih.
Yang pertama, aku harus siap mental.
Karena Kevin itu populer di kalangan cewek-cewek. Sering makan ati nantinya.
Padahal si Kevin tuh menurut aku sih gak ganteng-ganteng amat. Cowok pendek,
rambutnya gaya harajuku katanya, selalu pake cream wajah biar kinclong dan
fresh tiap hari. Tapi, kenyataan yang sangat pahit sekali, dia itu memang
ganteng aslinya. Hiks― Hiks―
Kedua, aku tuh orangnya cemburuan.
Aku gak suka kalo cowok aku deket-deket cewek lain.
Ketiga, dia itu menurutku sih
Playboy. Playboy cap kucing garong. Kayak si Blacky, kucing garong yang aku
kasih nama Blacky, yang suka nongkrong di tempat jemuran loteng rumahku. Kalo
lihat kucing cewek lewat, serasa dia ngomong gini,”hai, Shawty,”
Hahahaha―
orang gila ketawa sendiri.
Siang itu gak ada dosen. Aku dan
teman-teman sudah merencanakan ngerujak bareng di taman Biologi kampus. Di situ
buah pohon mangganya besar-besar dan banyak sekali. Pohon mangga yang ada di
seluruh penjuru kampus juga sama. Para mahasiswa pesta rujak. Bahkan aku dan
teman-teman pada ngambilin mangganya anak-anak Biologi. Anak-anak Biologi yang nanem
di taman ini.
Kalo lagi melancarkan aksi, kita
pura-pura jalan terus tangannya beraksi ngambil tuh mangga. Wah, kayak
profesional banget. Dari pada mangganya gak ada yang ngambil mending di ambilin
para mahasiswa. Tapi, kita terlalu sering ngambilnya, bahkan sering bergerombol
ngambil mangganya.
DI CARI SEGEROMBOLAN CEWEK YANG SUKA
NONGKRONG DI BAWAH POHON MANGGA. TUKANG NGAMBILIN MANGGA KAMPUS.
Begitu kira-kira isi pengumumannya
kalo kita di cari karena suka ngambil mangga kampus.
Sambel rujak buatan Putri mantep
banget. Dia bikin sambelnya sampe semangkuk. Dia taro di tempat makan. Pisau
bawa dari rumah, piring juga. Mangganya di cuci di kran tak jauh dari situ.
Kampus berasa rumah sendiri.
Aku dan teman-teman sedang menikmati
rujak merujak itu. Kenapa yang tadi sepi jadi sedemikian ribut kampus ini? Oh,
ada Vano pantesan.
Vano menghampiri kami. Tara yang
akan menyuapkan mangga itu melihat Vano datang. “oh, ngapain kamu di sini?”
Dengan tanpa rasa bersalah Vano
merebut mangga itu dari Tara, “enak nih, makasih,”
“hei!” Tara jengkel.
“mmh, sambelnya enak― siapa yang
bikin?”tanya Vano.
“Putri!”jawab Lala.
“mau lagi dong―”ujar Vano.
Tara terlihat resah dengan
keberadaan Vano di sini. Lucu sekali. Vano duduk di sebelah Tara, senyum-senyum
sendiri dan Tara cuek aja.
“jadi, rata-rata cowok populer itu
play boy ya?”tanyaku.
“benar―”kata Tara.
“eeh, kata siapa?”protes Vano, ia
menyikut lengan Tara.
“aduh! Apa sih”ujarnya kesal memukul
Vano.
Aku tertawa.
“cowok populer memang kebanyakan
gitu sih― tapi banyak juga yang tipe langka kayak gini. Kalo cowok populer udah
suka sama satu cewek, dia bakal ninggalin cewek-cewek lainnya dan berusaha
serius sama cewek itu,”kata Vano.
“hooo― kayak kamu ya, Van!”kataku
sambil tertawa.
“cieeee― curcol!”ledek temen-temen
lainnya.
“apa sih?”kata Vano.
Temen-temen pada ngeledekin Vano
semua. Kalo kita semua pada ngomong, udah kaya orang-orang nonton konser.
“heeeei, Tara, lihat tuh temen-temen
kamu!”kata Vano.
“cieeee―. ngadu!”kata Nanda geli.
Tya tertawa terbahak-bahak. Intinya,
kita semua tertawa gara-gara itu, di tambah tingkah Vano yang menggemaskan.
Kini aku terbiasa dengan gosip
antara Kevin-Mary. Gosipku. Bahkan aku sudah terbiasa dengan kehadiran Kevin
yang sering mondar-mandir di sekelilingku kalau dia ada. Tapi, sekarang dia
tiba-tiba menghilang saja, seperti hilang di telan bumi. Entah kenapa jumlah
pasangan di kampus UHB ini jadi bertambah banyak. Ini bikin aku depresi nih.
Bahkan dua sahabat itu lagi berdua-dua di siomay mang Pipit. Mereka lagi makan
siomay.
Aku duduk sambil membawa es kopiku
dan menghela nafas.
Lala dan Marcel menatapku.
“kenapa?”tanya Lala.
“kenapa sih?”tanya Marcel.
Aku cemberut. “kalian enak banget
sih, udah nemuin soulmate kalian? “tanyaku.
“soulmate?”tanya mereka
berpandangan.
“sejak kapan kampus ini jumlah
pasangannya jadi bertambah?, termasuk kalian berdua!”ujarku, ”kalian berdua
punya kesukaan yang sama, kompak, juga deket banget, kenapa sih kalian gak
jadian aja?”
Pertanyaan itu sontak membuat Marcel
gugup. Dia mengambil minum. Lala jadi salah tingkah, kenapa sih mereka berdua
ini?.
“Mary, apa an sih? udah jangan
mikirin itu. Mangap cepet!”kata Lala menyuapkan siomay ke mulutku, aku
mengunyahnya dengan malas.
“udah kalian jadian aja,”ujarku.
“mangap!”perintah Lala menyuapkan
lagi siomaynya kemulut aku.
“jangan yang kol terus dong, aku mau
batagornya!”kataku.
“mangap!”kata Marcel, dia yang
menyuapkan batagornya.
“La, di suapin sama Marcel, La!”ujarku
tertawa,”lagi dong, batagornya!”
“pesen aja sana!”ujar Lala jengkel
sekaligus geli.
Ah, dasar Lala pake malu-malu
segala, biasa malu-maluin juga. Hahaha.
Kemudian,
aku melihat Kevin. Apa?! Itu kan―?
Aku
ngeliat Kevin dan cewek yang sama waktu nonton kemarin!
Kenapa sih? Kok, aku jadi mikirin
Kevin sama cewek itu? Padahalkan bukan urusanku? Kita juga gak punya hubungan
apa-apa. Oh, tuhan―.
Besok-besok aku harus bersikap gak
ada apa-apa sama dia. Sudah cukup dia membuatku galau.
Jalan-jalan pulang kuliah, sendirian
pula. Mau ngapain?
Tanpa sadar, aku udah ada di depan
Violet Kiss Cafe. Aku ragu mau masuk, takut ada si Kevin. Ku ingat jadwalnya,
hari ini dia itu masuk siang kuliahnya. Jadi, gak mungkin ada di sini. Kok, aku
jadi hapal jadwal kuliahnya ya? Mengerikan!
Aku duduk di tempat biasa. Pesan es
krim cokelat, cukup ampuh untuk mengurangi kegalauanku.
Lagi enak-enaknya makan es krim,
tiba-tiba orang yang tidak di harapkan muncul!. Kevin! Bukannya dia ada kuliah
siang ini?. Aku langsung mencari alat untuk menutupi mukaku, aku ingat buku
menu. Ish, kan di bawa sama pelayannya tadi. Terus, mau pake apa ini?. Aku
segera masuk ke kolong meja. Ah, konyol banget!
Tapi, tapi― buat apa aku sembunyi?
Aku kan gak punya salah apapun, dan aku juga bukan tersangka. Apalagi tersangka
kasus korupsi! Tapi, kalo aku gak sembunyi, dia bakal ngeliat aku, aku gak
sanggup buat ngomong sama dia hari ini. Perasaanku persis seperti Es teler.
Emang es teler rasanya kayak apa sih? Ih, cukup! Gak usah ngumpet-ngumpetan.
DUUK!!
Aduh, kepalaku―
“kenapa mba?”tanya Kevin.
Aduh, kenapa lagi dia musti
nyamperin kemari? Huh, mau tahu urusan orang aja. Ngomong-ngomong mau ngasih
alasan apa nih. Oh! Ponsel― Ponsel―.
Tarik napas, “untung aja, gak
rusak―”kataku seraya bangun. Kemudian kita bertatap muka. Dia terkejut, aku
juga pasang muka terkejut. “Lho, Kevin?”ujarku. Oh, Mary― kamu cocok banget
jadi artis.
“Ka Mary―? Kak Mary tumben
sendirian?”tanyanya sambil tersenyum.
Apa-apaan anak ini, masih bisa
senyum kayak gitu.
“terserah aku dong―”kataku jutek.
“oh― “ujarnya.
Oh?
Hanya Oh―?.[]
Pelangi Di Pagi Hari-Chap. 8
Pelangi
Di Pagi Hari
FB
: theamethystmia@gmail.com/Mia
Oky
Twitter
: @MiaOk27
Mia
Oky
Chapter
8|
NOBAR.
Nonton
bareng. Akhirnya film yang aku dan teman-teman tunggu, keluar juga. The
Twilight Saga : Breaking Dawn.
Hari ini Kristin mau ketemu sama
temen SDnya. Akhirnya mereka ketemu juga. Mereka janjian mau nobar di sini.
“kamu punya firasat gak dia kayak
gimana?”tanya Nanda.
“gak, dulu sih dia rada
kecewe-cewean―”kata Kristin.
“bencis? Maap―”kata Lala.
“jangan bencis, tomboy gitu―”kata
Tya.
“dia udah SMS kan? Pake baju
apa?”tanya Tara.
“dia SMS pake baju abu-abu―”kata
Lala.
Aku dan Putri tengak-tengok.
“itu bukan?”tanya Putri, dia nunjuk
orang berkumis yang pake baju abu-abu.
“yang bener aja, Put!”kataku.
Lalu semua menoleh ke arah orang
yang di tuju, semua ketawa.
“ih, bukaaaan―”kata Kristin.
“yang itu tuh,”kata Putri menunjuk
orang yang botak.
“bukaaaaan, Putri! Dia tinggi,
putih, ah, dia SMS. Dimana aku katanya,”kata Kristin.
“di depan kantin,”kataku.
“itu bukan ya orangnya?”tanya
Kristin,”oh iya, Olip!”
Kami semua melihat ke arah yang di
tunjuk Kristin. Cowok pake T-shirt abu-abu dan jeans item. Busyeeeeet!!! GANTENG
bangeeeeet!! Aku melongo.
Cowok itu melambai pada kami.
Tomboy? Bencis? Apanya! Justru dia cowok banget. Tya mengguncang-guncang
tanganku.
“aku banget,”bisiknya.
Kulihat Tara terbelalak sedetik
melihat cowok itu. Ini bener-bener temennya Kristin atau model majalah?.
“hai, Kristin!”sapanya langsung
mengulurkan tangannya.
“Olip― ya ampun, kamu berubah
banget―”kata Kristin menyambut uluran tangan cowok itu, salaman. Olip? Olip
namanya?.
“ah, enggak kok,”ujarnya tersenyum.
“temen-temen ini kenalin, dia
Oliver―”ujar Kristin.
“hai, aku Oliver―”ujarnya ramah, di
salaminnya satu persatu.
“Tara,”
“Tya,”
“Lala,”
“Putri,”
“Nanda,”
“Mary,”
“Kristin masih suka makan sosis
bakar?”tanya Oliver.
“Olip, masih inget aja―
masihlah,”kata Kristin.
Kemudian seorang cewek mendekati
kami. “hai, Ollie― ini temen-temen kamu?”tanyanya. Cewek itu lumayan cantik.
Pacarnya kah?.
“oh, aku juga bawa pasukan, Kristin.
Kenalin, ini Luna, teman sekelas aku di kampus―”kata Olip, Oliver.
“Kristin,”
“ini teman-temannya Kristin,”
“hai,”ujarnya cuek. Wah, nih cewek
rada judes gitu.
“ayo, kesana yuk, sama
temen-temen―”kata Luna pada Oliver.
“ayo, ke sana yuk―”ajak Oliver pada
Kristin,”ayo, semuanya―”
Kayaknya nih cewek cemburu deh.
Punya hubungan apa sih sama Oliver? Tapi, kata Oliver tadi, temennya. Ternyata
temennya Oliver cakep-cakep. Satu cowok dan dua cewek. yang cowok sih ramah
sama kami dan Kristin, yang ceweknya sama-sama judes gitu kayak si Luna.
Menurut pengamatanku sih, Si Oliver
tuh mau deket sama Kristin, sayangnya kalo Oliver lagi deket ke Kristin dan
lagi ngobrol, si Luna nyerobot masuk ke tengah-tengah mereka berdua. Alhasil,
lucu deh. Kristin ngalah gitu. Kristin jangan mau kalah sama si Body tiang
listrik, Luna!
“eh, filmnya udah mau mulai―”kata
Hendra, temennya Oliver.
Oliver menatap Kristin, “tempat
duduk kamu di mana, Tin?”tanyanya.
“Di A paling atas,”kata Kristin.
“jauh dong, aku di F, katanya Nobar.
Ini sih nonton sendiri-sendiri―”kata Oliver, mukanya unyu-unyu banget.
“tenang, kan masih dalam satu gedung
yang sama,”kata Kristin.
Bijak juga dia.
Aku gak tahu mereka ngobrol apa
lagi, karena pandanganku teralihkan. Aku melihat seorang cowok yang mirip
Kevin. Iya, itu Kevin. Kok―.. sama cewek? Siapa ya???
Aku melihat Kevin masuk ke studio
yang sama dengan kita. Aku mencari sosok Kevin. Susah sekali. Ah, sudahlah.
Lupain ajah.
Oliver berkali-kali menoleh ke arah
belakang, kearah Kristin dan kami. Kemudian dia berkata dari kejauhan, “di sini
kosong! Pindah aja!”katanya.
“nanti,”kata Kristin.
Setelah meminta persetujuan kami,
akhirnya Kristin pindah ke sana bareng Oliver. Rasain kamu Luna! Hahaha―. Wah,
si Oliver pindah tempat duduk di samping Kristin!
“ternyata si Olip itu ganteng
ya―”kata Putri.
“ganteng banget!!”kata Tya.
Aku dan yang lain menyetujuinya.
“Tara, kamu jangan begitu. Udah
punya cowok cakep juga!”kata Nanda.
“HA.HA.HA”ujar Tara.
Aku serius dan konsentrasi menonton
film ini. Aku gak peduli dengan Kevin. Terserahlah―.
Setelah menonton, kami semua menuju
sebuah Cafe di dekat bioskop. Kami pesan makanan. Oliver dan Kristin lagi
ngobrol, lagi-lagi di serobot Luna. Walo gak duduk sebelahan sama Oliver,
paling enggak Kristin duduk berhadap-hadapan sama Oliver.
“ternyata kita tetanggaan ya,
kampusnya―”kata Hendra.
Tuh, kan. Hendra terus. Cewek-cewek
itu pada sombong. Cantiknya enggak, cantikan juga aku. Wajahku kan rada
nyerempet-nyerempet ke Park Jiyeon personelnya girl band Korea T-ara Hahaha―
Maunya!.
Yang jawab Nanda,”iya― padahal deket
ya,”
“ntar kapan-kapan kumpul lagi yuk,
iya kan, Llie?”tanya Hendra.
“pasti, mudah-mudahan udah gak sibuk
lagi―”kata Oliver.
Kami makan sambil ngobrol
macam-macam. Ngobrol ngalor-ngidul. Oliver sama Kristin akhirnya bisa ngobrol
juga.
“oh iya, aku punya sesuatu buat
kamu, Tin!”kata Oliver.
Oliver mengeluarkan sebuah kado dari
dalam tasnya.
“ini hadiah kenang-kenangan dari
aku, sekaligus hadiah ulang tahun”kata Oliver.
Kadonya gede! Pantesan tas ranselnya
gembung gitu.
“ya ampun Olip, makasih banyak.
Aduh, aku gak kepikiran, aku gak bawa apa-apa buat kamu, maaf ya―”kata Kristin.
AHA! Luna sempat terbelalak selama 3
detik. Tapi, boleh juga mukanya gak mengekspresikan apa-apa.
“gak papa kok,”kata
Oliver,”mudah-mudahan kami bisa ketemu lagi nanti―”
Akhirnya, kami pulang sama-sama
dengan temen-temennya Oliver. Kami berpisah di simpang lima. Kemudian aku dan
teman-teman berencana ke rumah Kristin.
Di rumah Kristin kami ribut
membicarakan Oliver yang ganteng itu. Kaya model banget, wah pokoknya gitulah.
“buka, Tin, kadonya―”kata Tya.
“sabar-sabar―”
Kristin membukanya. Sebuah surat.
Dear Kristin,
Aku harap kamu suka dengan hadiah
yang aku kumpulkan selama ulang tahun kamu yang aku lewatkan bertahun-tahun―.
Oliver ‘Olip’ Kartiko
Isinya― banyak bangeeeeet!!!
Ya ampun, Kristin kamu beruntung
banget.
Kami semua teriak-teriak gak jelas.
Yang dapet hadiah melongo karena ngeliat tingkah kami semua yang gak jelas itu.
Gimana gak teriak-teriak heboh, hadiahnya mantep-mantep gitu. All about Hello
Kitty. Kristin memang sangat suka sekali Hello Kitty.[]
Langganan:
Postingan (Atom)