Pelangi
Di Pagi Hari
FB
: theamethystmia@gmail.com/Mia
Oky
Twitter
: @MiaOk27
Mia
Oky
CHAPTER
7|
Jujur
aku
baru pertama kali di persembahin lagu kayak gini. Jujur juga. Kevin punya suara
yang bagus. Bagus banget malah. Aku merasa terharu.
Di
saat itu, aku merasa special. Aku gak pernah merasa di specialin begini. Aku
melupakan semuanya, melupakan teman-temanku, Pak Yudha, dan tempat aku berdiri
sekarang. Kemudian aku kembali ketika banyak teriakan-teriakan histeris yang
memanggil nama Kevin.
Aku menoleh ke arah samping.
Segerombolan cewek-cewek cantik yang teriak-teriak manggil nama Kevin. Kesel
juga sih, padahal tadi aku ngerasa special seorang diri.
Cemburu?
Kata siapa?
Enggak, aku gak cemburu enak aja!
Apaan tuh cemburu?
Jadi apa pendapat kamu tentang dia
sekarang?
Hmmm― Kevin ya? Si Pendek tapi
suaranya dahsyat.
Aku janjian sama temen-temen hari
minggu ini ketemu di Cafe Violet Kiss. Aku ngeliat, anak-anak belum pada
dateng. Baru aku aja yang dateng. Aduh, semoga aja aku gak ketemu sama Kevin, dan semoga hari ini dia libur.
Aku membuka laptopku, hotspot cafe
ini kenceng banget buat ngenet. Tiba-tiba seseorang meletakan air putih di
depanku,”Selamat siang Kak Mary―”
Aku kaget, Kevin ada di depanku.
“kok kamu― enggak libur?”tanyaku, oops! Aku gak sadar memulai pembicaraan.
“cuman setengah hari― sendirian
aja?”tanya Kevin.
“belum pada datang,”kataku.
“oh― mau pesan apa?”tanya Kevin.
“Ice cream blue berry pancake, udah
itu aja”ujarku.
“sudah kuduga, tunggu sebentar
ya―”ujarnya pergi secepat kilat.
Tak lama kemudian dia datang membawa
pesananku.
“hari ini special buat Kak Mary, aku
yang buat lho dengan penuh cinta!”kata Kevin tersenyum berseri-seri, dia
meletakan pesananku di samping laptop merahku.
“dengan cinta?”tanyaku, kemudian aku
menggeser piringnya.
“lho kenapa?”tanyanya, eh, dia duduk
di depanku. Ngapain kamu?
“udah deh, kenapa sih kamu
tuh―?”tanyaku.
“kalo dilihat-lihat, justru kalo Kak
Mary marah itu tambah cantik!”katanya sambil menopang dagu di hadapanku.
“iih― pernah lihat ice cream terbang
engga?”kataku bersiap melempar ice cream.
“jangan dong― iya, iya, aku gak
bakal ganggu kakak makan, nikmatin aja ya makanannya―”katanya sambil
mengedipkan mata dan pergi.
Anak itu― .
“hei― maaf telat―”kata Lala.
Temen-temenku
pada datang. Aku sewot, “dari mana aja sih? Aku kan di gangguin sama tuh
bocah!”kataku menunjuk Kevin yang sedang membawakan pesanan.
“Hahaha―
tadi yang lama aja ya,”kata Lala.
Mereka
sudah pesen makanan semua. Yang ngelayanin juga Kevin. Tetep aja dia
cengengesan gak jelas sama aku.
“jadi,
kamu jadian Ra, sama Vano?”tanya Nanda.
“oh―
menurut kalian?”tanya Tara.
“mana
aku tahu!”kata Kristin.
“iya
aku jadian, tapi aku cuman pura-pura aja!”aku Tara.
“maksudnya?”
“dia
minta aku untuk jadi pacarnya, tadinya sih aku nolak, dia bilang dia mau ngasih
apapun kalo aku mau jadi pacar pura-puranya!”
“kenapa
dia mau kamu jadi pacarnya, Ra?”
“terus
kamu mau, Ra?”
“ya,
begitu―dia capek di kejar-kejar cewek terus, jadi aku di minta jadi
bodyguardnya, katanya aku cocok jadi bodyguard,”
Semua
ketawa.
“terus,
kamu minta apa?”
“saat
ini aku belum mau apapun―”
“kamu
minta mobil aja, Ra! Dia kan tajir!”
Ketawa
lagi.
Tiba-tiba―
“ya lagu ini saya persembahkan untuk
gadis yang memakai kemeja Pink di sana―”kata Kevin.
Kayak orang bego, tengok kanan
tengok kiri, gak tahunya aku yang di maksud.
“lagu dari The Calling, Whereever you will go― “
Teriakan dan tepuk tangan riuh dari
penonton yang ada di dalem cafe. Kevin mulai dengan akustik gitarnya.
Astaga! Aku jadi berfikiran― Kemeja
putih, dengan gitar. Kevin, Pangeran bergitar.
Setelah kuliah sore aku berpisah
dengan teman-temanku. Seperti biasanya aku menuju tempat parkir di depan gedung
Sastra. Jam menunjukkan pukul 5 sore, kampus mulai sepi. Aku menaiki motor
matikku dan langsung cabut dari kampus. Ketika melewati jembatan kuning,
tiba-tiba ban motorku kempes. Aku kaget sekali, hampir saja aku jatuh.
Aku tengok kanan dan tengok kiri,
udah tahu tukang tambal ban itu jauh dari jembatan ini. Kenapa lagi ban motorku
mesti kempes pas banget di jembatan ini. Kenapa juga ban motorku kempes pas
sore. Kenapa gak siang aja tadi? Astaga! Ada yang nyebar paku di jembatan! Ah,
sialan!.
Aku melihat dua orang laki-laki
melintas di bawah jembatan. Takut juga, mana gak ada orang yang lewat-lewat
lagi. Tiba-tiba suara motor berhenti di sampingku.
“Ka Mary ada apa?”tanya orang itu.
Ternyata kevin, dia membuka kaca
helmnya.
“ban motorku bocor!”kataku lega.
“tukang tambal bannya masih jauh,
Kak. Kakak naik motorku aja, aku yang bawa motornya!”kata Kevin.
“gak usah biar aku aja―”kataku.
“udah gak papa―”katanya.
Akhirnya aku menyerah. Baik juga
dia. Aku mengiringinya dengan naik motornya. Motor kami sama-sama matik. Karena
dia sudah baik, aku ajak ngobrol saja.
“kamu baru pulang, Kev?”tanyaku.
Kev? Sok akrab bener. Tapi, saat
manggil namanya, darahku berdesir.
“habis latihan band, kak”katanya
senyum.
Oh, benar. Dia bawa tas gitar di
punggungnya.
“oh―”kataku.
“kak Mary pulang sore ya?”tanyanya.
“iya,”
Kok, jadi canggung begini? Akhirnya
aku gak mengajaknya ngobrol lagi. Kemudian sampailah kami di bengkel. Kevin
yang ngurusin motorku, nunjukkin bagian yang bocor sama mamang tambal ban, dan
aku duduk di bangku.
Aku memperhatikan cara menambal ban.
Bahkan aku gak tahu kalo Kevin menghilang, dan tahu-tahu dia menawarkan minuman
botol kepadaku.
“lho, dari mana? Kok, aku gak
tahu―”kataku terkejut.
“dari minimart di depan
tuh―”katanya.
“makasih,”aku menerima minuman
darinya.
Dia duduk di sebelahku. Kami
sama-sama berdiam diri. Gak tahu mau ngomong apa. Kenapa nih?.
“neng, kok, pacarnya di cuekin
sih?”tanya mamang tukang tambal ban.
Karena gak ada lagi di sini yang
cewek, pasti dia nanya ke aku. Aku jawab,”siapa, mang?”
“ya eneng, pacarnya di cuekin aja―
ngobrol gitu,”
Pacar? Ih, masih sempet-sempetnya
nanya gituan lagi nambal ban juga. Urusin aja tuh ban motor aku.
“bukan pacar―”kataku cuek.
“terus siapa? Masa bukan pacarnya?”
Eh, rempong nih mamang―.
Kevin cengar-cengir gak jelas. Dia
menunggu jawabanku. Jawabannya, bukan siapa-siapa― eh, dia kan udah nolongin
aku. Temen, ya temen!
“Temen. Udah, mamang nambal ban aja,
gak usah tanya-tanya, kayak wartawan gosip aja!”ujarku.
“eneng galak deh,”
Lho?
“memangnya kita cocok ya, mang jadi
pacar?”tanya Kevin tiba-tiba.
Aku menatap kevin, aku sikut
lengannya. Dia menatapku,”apa?”katanya polos. Aku merengut kesal.
“cocok banget― masnya ganteng,
nengnya cantik― serasi banget,”
“alhamdullillah,”kata Kevin.
“HA.HA.HA”ujarku.
Tak sadar, ternyata aku haus sekali.
Air teh yang kuminum tadi gak bersisa, tinggal botolnya aja. Laper pula.
Kemudian aksi menambal ban pun selesai. Aku segera membayarnya.
“Kevin, makasih udah bantuin
aku―”kataku.
“o iya, sama-sama kak―”katanya.
“mau pulangkan? Mau bareng?”tanyaku.
“ayo―”katanya bersemangat.
Aku salah enggak ya ngajak dia
pulang bareng? Tak tahulah―.
Aku dan Kevin berjalan beriringan.
Kadang aku yang di depan, dia di belakang. Kemudian kami berpisah di simpang
lima.
Sampe rumah, aku mandi. Makan terus
ke kamar. Aku dengerin suaranya Om Micheal Buble yang Hold On. Suaranya oke banget. O iya, jadi inget. Om Micheal udah
nikah sama mbak Luisana Lopilato. Dia tuh yang main di Rebelde Way itu. Di situ
dia jadi Mia. Serial itu udah lama banget, di puternya juga waktu aku masih
SMP.
Musiknya ganti ke lagu Jepang. Ehem!
Aku nge-play lagunya L’arc~en~ciel, yang Anata. Aku jadi inget lagu ini, yang
di aula itu. Aku senyum–senyum sendiri. Kok, aku jadi suka lagu ini???.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar