Pelangi
Di Pagi Hari
FB
: theamethystmia@gmail.com/Mia
Oky
Twitter
: @MiaOk27
Mia
Oky
Chapter
9|
Kepikiran
juga
akhirnya. Tentang Kevin itu. Aku menimbang-nimbang dan membayangkan. Seandainya
ini sih, seandainya ya, misalkan aku jadian sama Kevin ini sih.
Yang pertama, aku harus siap mental.
Karena Kevin itu populer di kalangan cewek-cewek. Sering makan ati nantinya.
Padahal si Kevin tuh menurut aku sih gak ganteng-ganteng amat. Cowok pendek,
rambutnya gaya harajuku katanya, selalu pake cream wajah biar kinclong dan
fresh tiap hari. Tapi, kenyataan yang sangat pahit sekali, dia itu memang
ganteng aslinya. Hiks― Hiks―
Kedua, aku tuh orangnya cemburuan.
Aku gak suka kalo cowok aku deket-deket cewek lain.
Ketiga, dia itu menurutku sih
Playboy. Playboy cap kucing garong. Kayak si Blacky, kucing garong yang aku
kasih nama Blacky, yang suka nongkrong di tempat jemuran loteng rumahku. Kalo
lihat kucing cewek lewat, serasa dia ngomong gini,”hai, Shawty,”
Hahahaha―
orang gila ketawa sendiri.
Siang itu gak ada dosen. Aku dan
teman-teman sudah merencanakan ngerujak bareng di taman Biologi kampus. Di situ
buah pohon mangganya besar-besar dan banyak sekali. Pohon mangga yang ada di
seluruh penjuru kampus juga sama. Para mahasiswa pesta rujak. Bahkan aku dan
teman-teman pada ngambilin mangganya anak-anak Biologi. Anak-anak Biologi yang nanem
di taman ini.
Kalo lagi melancarkan aksi, kita
pura-pura jalan terus tangannya beraksi ngambil tuh mangga. Wah, kayak
profesional banget. Dari pada mangganya gak ada yang ngambil mending di ambilin
para mahasiswa. Tapi, kita terlalu sering ngambilnya, bahkan sering bergerombol
ngambil mangganya.
DI CARI SEGEROMBOLAN CEWEK YANG SUKA
NONGKRONG DI BAWAH POHON MANGGA. TUKANG NGAMBILIN MANGGA KAMPUS.
Begitu kira-kira isi pengumumannya
kalo kita di cari karena suka ngambil mangga kampus.
Sambel rujak buatan Putri mantep
banget. Dia bikin sambelnya sampe semangkuk. Dia taro di tempat makan. Pisau
bawa dari rumah, piring juga. Mangganya di cuci di kran tak jauh dari situ.
Kampus berasa rumah sendiri.
Aku dan teman-teman sedang menikmati
rujak merujak itu. Kenapa yang tadi sepi jadi sedemikian ribut kampus ini? Oh,
ada Vano pantesan.
Vano menghampiri kami. Tara yang
akan menyuapkan mangga itu melihat Vano datang. “oh, ngapain kamu di sini?”
Dengan tanpa rasa bersalah Vano
merebut mangga itu dari Tara, “enak nih, makasih,”
“hei!” Tara jengkel.
“mmh, sambelnya enak― siapa yang
bikin?”tanya Vano.
“Putri!”jawab Lala.
“mau lagi dong―”ujar Vano.
Tara terlihat resah dengan
keberadaan Vano di sini. Lucu sekali. Vano duduk di sebelah Tara, senyum-senyum
sendiri dan Tara cuek aja.
“jadi, rata-rata cowok populer itu
play boy ya?”tanyaku.
“benar―”kata Tara.
“eeh, kata siapa?”protes Vano, ia
menyikut lengan Tara.
“aduh! Apa sih”ujarnya kesal memukul
Vano.
Aku tertawa.
“cowok populer memang kebanyakan
gitu sih― tapi banyak juga yang tipe langka kayak gini. Kalo cowok populer udah
suka sama satu cewek, dia bakal ninggalin cewek-cewek lainnya dan berusaha
serius sama cewek itu,”kata Vano.
“hooo― kayak kamu ya, Van!”kataku
sambil tertawa.
“cieeee― curcol!”ledek temen-temen
lainnya.
“apa sih?”kata Vano.
Temen-temen pada ngeledekin Vano
semua. Kalo kita semua pada ngomong, udah kaya orang-orang nonton konser.
“heeeei, Tara, lihat tuh temen-temen
kamu!”kata Vano.
“cieeee―. ngadu!”kata Nanda geli.
Tya tertawa terbahak-bahak. Intinya,
kita semua tertawa gara-gara itu, di tambah tingkah Vano yang menggemaskan.
Kini aku terbiasa dengan gosip
antara Kevin-Mary. Gosipku. Bahkan aku sudah terbiasa dengan kehadiran Kevin
yang sering mondar-mandir di sekelilingku kalau dia ada. Tapi, sekarang dia
tiba-tiba menghilang saja, seperti hilang di telan bumi. Entah kenapa jumlah
pasangan di kampus UHB ini jadi bertambah banyak. Ini bikin aku depresi nih.
Bahkan dua sahabat itu lagi berdua-dua di siomay mang Pipit. Mereka lagi makan
siomay.
Aku duduk sambil membawa es kopiku
dan menghela nafas.
Lala dan Marcel menatapku.
“kenapa?”tanya Lala.
“kenapa sih?”tanya Marcel.
Aku cemberut. “kalian enak banget
sih, udah nemuin soulmate kalian? “tanyaku.
“soulmate?”tanya mereka
berpandangan.
“sejak kapan kampus ini jumlah
pasangannya jadi bertambah?, termasuk kalian berdua!”ujarku, ”kalian berdua
punya kesukaan yang sama, kompak, juga deket banget, kenapa sih kalian gak
jadian aja?”
Pertanyaan itu sontak membuat Marcel
gugup. Dia mengambil minum. Lala jadi salah tingkah, kenapa sih mereka berdua
ini?.
“Mary, apa an sih? udah jangan
mikirin itu. Mangap cepet!”kata Lala menyuapkan siomay ke mulutku, aku
mengunyahnya dengan malas.
“udah kalian jadian aja,”ujarku.
“mangap!”perintah Lala menyuapkan
lagi siomaynya kemulut aku.
“jangan yang kol terus dong, aku mau
batagornya!”kataku.
“mangap!”kata Marcel, dia yang
menyuapkan batagornya.
“La, di suapin sama Marcel, La!”ujarku
tertawa,”lagi dong, batagornya!”
“pesen aja sana!”ujar Lala jengkel
sekaligus geli.
Ah, dasar Lala pake malu-malu
segala, biasa malu-maluin juga. Hahaha.
Kemudian,
aku melihat Kevin. Apa?! Itu kan―?
Aku
ngeliat Kevin dan cewek yang sama waktu nonton kemarin!
Kenapa sih? Kok, aku jadi mikirin
Kevin sama cewek itu? Padahalkan bukan urusanku? Kita juga gak punya hubungan
apa-apa. Oh, tuhan―.
Besok-besok aku harus bersikap gak
ada apa-apa sama dia. Sudah cukup dia membuatku galau.
Jalan-jalan pulang kuliah, sendirian
pula. Mau ngapain?
Tanpa sadar, aku udah ada di depan
Violet Kiss Cafe. Aku ragu mau masuk, takut ada si Kevin. Ku ingat jadwalnya,
hari ini dia itu masuk siang kuliahnya. Jadi, gak mungkin ada di sini. Kok, aku
jadi hapal jadwal kuliahnya ya? Mengerikan!
Aku duduk di tempat biasa. Pesan es
krim cokelat, cukup ampuh untuk mengurangi kegalauanku.
Lagi enak-enaknya makan es krim,
tiba-tiba orang yang tidak di harapkan muncul!. Kevin! Bukannya dia ada kuliah
siang ini?. Aku langsung mencari alat untuk menutupi mukaku, aku ingat buku
menu. Ish, kan di bawa sama pelayannya tadi. Terus, mau pake apa ini?. Aku
segera masuk ke kolong meja. Ah, konyol banget!
Tapi, tapi― buat apa aku sembunyi?
Aku kan gak punya salah apapun, dan aku juga bukan tersangka. Apalagi tersangka
kasus korupsi! Tapi, kalo aku gak sembunyi, dia bakal ngeliat aku, aku gak
sanggup buat ngomong sama dia hari ini. Perasaanku persis seperti Es teler.
Emang es teler rasanya kayak apa sih? Ih, cukup! Gak usah ngumpet-ngumpetan.
DUUK!!
Aduh, kepalaku―
“kenapa mba?”tanya Kevin.
Aduh, kenapa lagi dia musti
nyamperin kemari? Huh, mau tahu urusan orang aja. Ngomong-ngomong mau ngasih
alasan apa nih. Oh! Ponsel― Ponsel―.
Tarik napas, “untung aja, gak
rusak―”kataku seraya bangun. Kemudian kita bertatap muka. Dia terkejut, aku
juga pasang muka terkejut. “Lho, Kevin?”ujarku. Oh, Mary― kamu cocok banget
jadi artis.
“Ka Mary―? Kak Mary tumben
sendirian?”tanyanya sambil tersenyum.
Apa-apaan anak ini, masih bisa
senyum kayak gitu.
“terserah aku dong―”kataku jutek.
“oh― “ujarnya.
Oh?
Hanya Oh―?.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar