FB : theamethystmia@gmail.com/Mia Oky
Twitter : @miaOk27
Mia Oky
Chapter 1|
Daun-daun
jatuh berguguran di jalan Universitas Harapan Bangsa. Walau pagi-pagi sekali,
jalanan kampus sudah ramai dengan para calon mahasiswa dengan aksesorisnya yang
warna-warni. Ya, hari ini adalah hari pertama ospek.
Para dewan pembimbing, mengenakan
jas almameter kampus yang berwarna merah yang mencolok. Sedang para calon
mahasiswa mengenakan seragam putih-putih dengan papan nama berwarna yang sesuai
program studynya. Semuanya di kumpulkan di halaman kampus.
Kami
bertujuh, aku, Tara, Nanda, Kristin, Tya, Lala dan Putri. Kami semua jadi dewan
panitia ospek. Aku melihat anak-anak baru, semuanya imut-imut karena baru
keluar dari SMA. Aku ingat waktu kemarin, sewaktu aku sedang berbelanja di
super market aku di sangka masih anak SMA. Mungkinkah karena wajahku yang rada
imut?
Acara
di mulai oleh pidato Pak Rektor. Aku dan Tara di bagian konsumsi. Tara memang
sedikit bicara, dan cool orangnya, satu lagi tomboy banget. Tapi, dia bisa
bikin orang nyaman walau gak banyak bicara. Hari makin siang dan aku harus
bertugas mendaftar masing-masing kelompok untuk memberikan makan siang mereka.
Waktu
makan siang berlangsung selama 1,5 jam. Makan dan sholat, sisanya kembali ke
aula. Para dewan makan siang dan berkelompok. Seperti biasanya aku ngumpul
bareng gengku.
“bisa-bisanya
sih kita makan ngadepin wc, bau tahu!”ujar Tya.
“wc
teriak wc,”kata Tara ketawa.
“kurang
ajar,”kata Tya membalas dengan tabokan.
“Mary
nih, yang ngajakin kita duduk di sini―”kata Nanda.
Aku
gak mau di salahin, “hei, ini tempat paling cepet kalo ada panggilan
darurat!”kataku membela diri.
“panggilan
alam maksud lo?”kata Lala.
“eh,
kita lagi makan nih, gak usah ngomongin itu ah,”kata Putri geli.
“kayak
Tara nih, nyantai aja makan di manapun jadi. Udah ah, ayo buka bekal!”ujar
Kristin.
Tara
tertawa,”udah― ayo ah, makannya!”ujar Tara.
Kemudian
setelah aku selesai makan, aku di kagetkan dengan seseorang yang memanggil
namaku lewat speaker.
“Ariana
Mary!”suara di speaker.
“Mar,
panggilan tuh―”ujar Tya.
“ada
apa sih, pake mic segala!”kataku.
Aku
maju ke depan aula, di sekelilingku banyak anak-anak yang masih makan siang
tersebar di semua penjuru aula. Aku bertanya-tanya, ada apa sih?
“nih
ada orangnya―”kata si Fajri, cowok ganjen, dasar. Ada cowok cakep aja langsung
di embat. Siapa sih anak baru nih? Mau apa?
“ada
apa?”tanyaku.
Calon
mahasiswa baru itu agak pendek, tapi mukanya cute dan rada― feminin? Cowok
cantik? Aku baru lihat cowok cantik, biasanya cuman ada di drama Asia itu.
Eh,
cowok itu senyum-senyum ke aku! Kenapa tuh anak? Aku berhadapan dengan anak
itu, wajahnya unik, antik, lucu, wajah yang bersih dan ganteng. Pake malu-malu
segala lagi, garuk-garuk gak gatel.
“nah,
Kevin. Kata kamu, kakak dewan yang paling cantik itu kak Mary? Apa alasan
kamu?”tanya Fajri.
Hah?!
“saya
gak punya alasan apapun kak, tapi ketika melihat kak Mary, jantung saya
berdebar sangat manis, dan saya gak berhenti tersenyum kalau melihat kak
Mary,”ujar cowok yang bernama Kevin itu.
Seisi
aula langsung ribut mendengar perkataan Kevin.
Hey,
siapa itu yang teriak-teriak? Wah, Tya cs pada ngetawain aku. Ini apa-apaan
sih?
“heh,
Fajri kamu jangan ngajarin yang gak bener sama anak baru!”ujarku.
Cowok
bernama Kevin ini malah ketawa. Udah ah, pergi aja.
“eh,
kak Mary― kalo aku suka sama kakak boleh enggak?”tanya kevin.
Aku
menoleh kaget, “apa?!”
Wah,
tambah heboh, ih, siapa sih yang teriak-teriak kayak orang gila?.
Telingaku
sakit saat orang-orang ribut dan heboh. Astaga, nih anak!
“gimana Mary? Jawab dong―”kata Fajri
cengar-cengir.
“kamu masih kecil, belajar aja dulu
yang bener yah―”jawabku sekenanya.
Rasain― dia diem saja, tapi
tiba-tiba tersenyum sumringah kaya dapet mainan.
“berarti boleh dong― “jawabnya, di
ikuti oleh teriakan histeris oleh massa se-aula.
Kini giliran aku yang diem, kaget.
“udah―udah― lanjutin
acaranya,”kataku keren, bergegas kabur.
“Kak
Mary, aku akan menunggumu!”kata cowok itu.
Ih! Cowok ini.
Benar
saja. Setelah kejadian itu semua mengolok-ngolokku.
“gak papa kali, Ry. Dia imut
banget―”kata Tya.
“imut apanya!”kataku sewot.
Melepaskan
penat di kasur tercinta. Belum sampe ke alam mimpi, ibuku memanggil dari bawah.
Makan malam.
Makan
malam bareng ayah, ibu dan Rio, adikku. Aku kurang berselera untuk makan,
karena aku mengantuk. Ayah, Ibu, ayah yang kalem, dan Ibu yang cerewet banget.
Rio juga makan tanpa suara, sebenernya nih anak makan gak sih? Aku melirik
untuk mastiin anak itu makan. Usianya setahun lebih muda dari aku, tapi dewasa
banget, enggak kayak aku. Rio lebih mirip ayah.
Hari-hari
selama ospek begitu aneh, menurutku ini sih. Tapi, tampaknya semua orang sudah
melupakan kejadian yang kemarin. Kemudian, semua berjalan normal.
Daun-daun berguguran lagi. Musim
gugur datang. Bukan, tapi musim penghujan. Daun-daun dari halaman kampus
terlihat begitu indah. Itu jadi pemandangan yang menarik sekarang, banyak yang
mengabadikannya dengan berfoto dengan daun-daun yang berserahkan di jalan.
Berasa seperti di luar negeri.
Aku sudah melepas jas almamaterku yang berwarna merah
itu. Aku suka warnanya, karena merah adalah warna favoritku. Hari ini kuliah
perdana, dan sekarang aku sudah semester 3.
Semua teman-temanku sudah berkumpul, kecuali Tara.
Kayaknya dia selalu punya masalah sama jam deh. Sekalinya awal, awal banget
datangnya. Aneh banget. Terus, dia juga tomboy banget dan gak banyak omong.
Tapi, sekali ngomong banyak banget keluarnya. Yang paling aku suka dari dia
adalah gaya fashion dan sikapnya.
Yang namanya fashion, dia itu orang
yang paling cuek. “apa yang aku pake adalah yang paling nyaman,”begitu katanya.
Orangnya gak neko-neko, juga dia itu orang yang paling cuek di antara kita,
dingin― aku juga sering belajar sikap keren sama dia. Tapi, dia bisa membuat
nyaman orang. Semua orang akan berfikir bahwa dia orang yang jutek, padahal dia
itu aslinya baik.
Cinta―
Urusan cinta, entah kenapa kami semua adalah jomblo
abadi. Alias gak punya pacar. Tapi, kami tidak pernah sekalipun memikirkan hal
yang mengenai pacaran, walau teman-teman semua berpacaran. Kalaupun ada cowok,
itu juga hanya teman
Masih
berbicara tentang cinta. Pagi hari ini, sebenarnya hari yang aku tunggu. Hari
Senin yang indah, walau kata orang lain hari senin adalah hari yang
menyebalkan, itu berlaku buatku waktu dulu. Tapi, sekarang enggak.
Aku duduk di kelas menunggunya.
Tapi, yang di tunggu malah Tara yang datang. Ya, aku lagi menunggu seseorang,
bisa di bilang. Sejak semester dua.
Menunggunya
datang― Suara langkahnya, aku kenal, dan dia muncul dari pintu keluar.
“Pagi semuanya―”sapanya.
Pria berkemeja putih di depan kelas,
dosen mata kuliah reading. Dia yang selalu kutunggu-tunggu. Hari seninku, dan
dia adalah idolaku, Pak Yudha.
Perasaan
itu timbul begitu saja―.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar